Nih Wuku Manahil, Menail - Batara Citragotra

Share:

Wuku Manahil mengambil nama anak Prabu Watugunung dan Dewi Sinta nomor duapuluh satu. Raden Manahil ini memiliki saudara kembar yang berjulukan Raden Prangbakat. Orang yang bernaung pada wuku Manahil ini secara umum akan memiliki budbahasa yang digambarkan sebagai berikut.

Perwatakan dan sikap Wuku Manahil berdasarkan primbon jawa yaitu sebagai berikut :
Kelebihan : tekun, rajin, cerdas dan suka berdamai
Kekurangannya : Sombong, merasa besar sehingga meremehkan orang lain. Dan penuh kecurigaan
Hari baik : Minggu Legi
Hari naas: tidak jelas
Datangnya peristiwa terkena senjata tajam.

Gambar di atas yaitu penggambaran dari Wuku Manahil. Raden Manahil menghadap Batara Citragatra. Batara Citragatra ini memiliki budbahasa yang angkuh, sombong, gumedhe selalu menganggap dan merasa dirinya besar. Senang berkumpul tetapi besar rasa cemburu dan kecurigaannya. Batara Citragatra membawa tombak ligan terhunus. Ini menggambarkan cerdas dan tajam hatinya serta selalu waspada. Hubungan antara Raden Manahil dan Batara Citragatra ini menyerupai relasi antara guru dan murid. Sehingga budbahasa dan sikap gurunya sebagian besar menghipnotis muridnya. Pohonnya yaitu pohon atau kayu Tengaron, menggambar budbahasa yang rajin tetapi kurang bermanfaat. Burungnya yaitu Burung Sepahan, menggambarkan sikap yang gesit, detail, rumit, gampang mencari nafkah tetapi sedikit rejekinya.

Gambar air di tempayan menggambarkan bahwa wuku Manahil bahagia suasana yang damai, tenang dan menentramkan. Untuk mewujudkan suasana yang menyejukkan tersebut orang yang bernaung dalam Wuku Manahil ini selalu menjaga bicaranya dan tingkah lakunya. Wuku Manahil gampang terjerumus alasannya yaitu kebaikannya, terutama kepada temannya yang sedang mengalami kesusahan.

Hal peristiwa sanggup dihindarkan dengan menciptakan slametan. Tujuannya biar selamat, yaitu dengan menanak nasi ‘lemes’ (lemas atau lunak) sebanyak sepitrah (3,5 kg) dengan cara di ‘dang’, lauknya daging ayam jantan serta sayuran banyak sekali dan sambal gepeng disertai doa keselamatan. Selain itu, sesudah slametan, selama 7 hari yang bersangkutan dilarang pergi ke arah Timur Laut, alasannya yaitu daerah bersemayam peristiwa yang digambarkan sebagai Batara Kala ada di Timur Laut.
Advertisement
 
Advertisement
 


EmoticonEmoticon